Sabtu, 13 Juli 2013

Fenomena Petasan di Bulan Ramadhan,Meriah atau Musibah?



Petasan atau mercon adalah peledak berupa bubuk kimia yang dikemas dalam beberapa lapis kertas, biasanya bersumbu, berdaya ledak rendah atau low explosive dan dapat meledak pada kondisi suhu tertentu.
Petasan atau mercon biasanya di gunakan untuk memeriahkan peristiwa tertentu seperti tahun baru,perkawinan,peringatan agama maupun peristiwa bersejarah lainnya tidak terkecuali bulan ramadhan,bulan yang penuh hikmah bagi kaum muslimin.

Meskipun berdaya ledak rendah sebenarnya petasan ini cukup membahayakan dan meresahkan orang di sekitarnya.Coba saja search atau browsing di google dengan kata kunci ‘Korban Petasan’,Maka anda akan menemukan berbagai macam informasi tragis tentang korban ledakan petasan atau mercon tersebut.

Petasan ini pula yang menyebabkan beberapa hari sejak awal ramadhan ini sudah mulai meresahkan warga. Setiap sore hingga malam ramadhan, di tempat tinggal kami, dipenuhi dengan suasana yang hiruk pikuk berupa berbagai macam ledakan petasan mulai dari skala kecil hingga skala yang hampir merenggut hak daun telinga untuk tetap bertengger pada posisinya secara sempurna.. 

Anakku,Iftina assyabiya rofifa, yang masih berumur dua bulan ikut merasakan dampak negative  dari petasan tersebut.Setiap sore hingga malam dia gak bisa tidur nyenyak karena bunyi ledakan yang bertubi-tubi.Alhasil,aku dan istriku harus bekerjasama ,berkoalisi untuk menutupi telinga anak kami menggunakan kain yang berlapis supaya bunyi petasan itu dapat di redam oleh tebalnya kain tersebut.

Dalam suasana yang genting ,di tengah permainan petasan yang sedang berkecamuk,di tengah pertempuran sengit yang di lakukan oleh anak-anak yang sedang asyik tersebut ,Dalam hatiku sempat berfikir,” Masih Beruntung gelombang bunyi hasil ledakannya tidak menjadikan tempat tinggal kami hancur lebur seperti Hiroshima dan Nagasaki,atau ledakan reactor nuklir di Chernobly di ukraina yang sangat terkenal itu,atau ledakan kecil bom buku beberapa waktu lalu atau ledakan akibat meteor jatuh di rusia baru-baru ini yang mengakibatkan hampir 1200 orang terpaksa harus di evakuasi,atau dan atau seterusnya yang membuat stok kesabaranku kian bertambah sehingga dapat meluangkan hati untuk sedikit legowo dengan keadaan tersebut.

Tidak hanya sampai di situ ,para jamaah masjid yang sedang menunaikan ibadah shalat tarawih di mesjid juga tidak luput dari dampak negatif dari permainan yang membahayakan ini.Konsentrasi ibadah bisa saja terganggu,apalagi anak-anak banyak yang tidak ikut sholat tarawih karena asyik bermain petasan.

Menurut hematku Kalau di urai dari pangkal hingga akhir,petasan ini lebih banyak membawa mudhorat ketimbang manfaat.Namun untuk menghilangkan peredaran petasan dari pasaran bukanlah hal yang mudah.Setiap pihak seperti penjual,pembeli,anak-anak,dan orang tua punya alasan sesuai versi masing-masing yang mengakibatkan petasan menjadi juara bertahan di banding produk lain di pasaran terutama di hari-hari besar seperti ramadhan seperti saat sekarang ini.

Penjual akan beralasan bahwa berjualan petasan adalah peluang usaha yang menjanjikan yang bisa menambah penghasilannya.Apalagi di perparah oknum pedagang ngeyel yang akan mengatakan dengan memutarbalikkan istilah agama,berjualan petasan “membawa berkah tersendiri”.
Berkah bagaimana lha wong banyak timbul korban kok berkah.ada yang jari tangannya putus,gendang telinga rusak ,bahkan pernah kejadian tidak jauh dari tempat tinggalku terjadi tawuran antar desa akibat permainan berbahaya yang bernama petasan ini.

Belum lagi anak-anak yang memang pada masa nya sedang asyik untuk bermain.Film perang dan aksi kekerasan di tv yang luput dari lembaga sensor semakin menambah semangatnya untuk minta di belikan petasan.Kalau sudah anak yang minta,meskipun agak berbahaya,biasanya para orang tua akan memenuhi permintaan anaknya tersebut.
Hal ini wajar,karena pada umumnya logika orang tua di butakan oleh rasa kasih sayang terhadap anaknya.Kalau sudah begini ya klop deh.mek bedunduk,istilah kami.

Lalu apa solusi terbaik agar petasan ini bisa di tarik peredarannya dari pasaran? Apakah hanya terbatas dari aksi nyata dari petugas kepolisian untuk merazia? Itu sudah sering di lakukan.Pihak kepolisian tidak dapat mengatasi masalah ini tanpa ada kesadaran dari semua pihak.

Hendaknya selain merazia ,polisi juga bekerja sama dengan pemerintahan setempat untuk memberikan pengarahan kepada warga,karena warga adalah pihak konsumen.Jika permintaan dari warga terhadap petasan menurun maka hukum ekonomi akan berlaku.Lama kelamaan pihak penjual akan beralih ke objek dagangan yang lain.Karena petasan nya tidak di minati.

Tidak harus berjualan petasan kok,kembang api yang nyata-nyata lebih meriah dan resikonya lebih kecil juga bisa menghasilkan keuntungan yang tidak sedikit.Apalagi orang Indonesia punya pepatah “tidak ada akar rotan pun jadi”.Tidak ada petasan kembang api pun jadi.Kemungkinan besar istilah “membawa berkah tersendiri” yang di lontarkan pedagang terhadap objek dagangannya yakni petasan akan beralih ke objek dagangan “kembang api”. Kalau yang terakhir ini hanya pendapat pribadiku aja sih.

Setidaknya itulah solusi yang bisa aku sampaikan berkaitan dengan petasan ini.Jika menginginkan petasan dapat di tarik dari pasar,hendaknya warga masyarakat sebagai objek market lah yang harus di beri pengarahan.

Itu aja sih yang bisa ku posting kali ini,semoga ada manfaatnya bagi kita semua.amin dan terima kasih.